Amanda (37 th.) seorang ibu di New Zealand tidak pernah memikirkan apabila keputusannya untk bekerja dan meninggalkan bayinya dirumah berbarengan baby sitter akan menimbulkan fakta pilu. Diluar pengawasannya, anaknya Devon yg masihlah berumur 8 bln. menelan baterai lithium dan membuatnya cacat seumur hidup. Awal mulanya Amanda menduga anaknya hanya sakit tenggorokan umum, iapun lantas membawanya ke dokter. Hasil kontrol dokter menyatakan Devon terserang bronchitis.
Mendengar hasil kontrol dokter, perasaan seseorang ibu mengatakan ada suatu hal yg kian lebih sebatas bronchitis, ia saksikan ada yg lain dari anaknya. Tidak senang dgn vonis dokter, di hari ke-3 ia lalu membawa bayinya yg berusia 8 bln. itu ke tempat tinggal sakit untk dirontgen. Hasil rontgen memerlihatkan ada sekeping baterai lithium tersangkut di tenggorokannya. Baterai lithium yg memiliki ukuran lebih kecil dari satu kancing itu buat Amanda kaget dan pilu. Bagaimana tidak, sesuai sama diagnosis dokter rumah sakit, benda kecil itu sudah merenggut masa depan bayinya.
Menelan Baterai Lithium, Bayi 8 Bln. Divonis Cacat Seumur Hidup
Waktu baterai lithium itu tertelan dan bercampur dgn air liur, berlangsung reaksi elektro kimia yg begitu korosif dan menyebabkan luka bakar parah di jaringan dlm tubuh bayi Devon. Di kerongkongannya (saluran pencernaan) ada luka sepanjang 10 cm dgn kedalaman 5 cm. Luka jg berlangsung di tenggorokan (saluran pernafasan) dan mengakibatkan kerusakan pita suara. Dokter menyatakan bayi imut itu tidak akan bisa bernafas tanpa ada alat pernapasan dan tidak akan pernah dpt bicara untk selamanya.
Bayi seusia Devon memanglah sukai memasukkan jari-jari tangan dan benda-benda ke dlm mulut. Fase ni dimaksud fase oral dan kebiasaan ni memanglah bisa buat bayi merasa nyaman. Namun di sisi lain, kebiasaan itu membawa kemungkinan yg tidak kecil, dari sisi higienis berpotensi memasukkan kotoran, kuman, mikroorganisme dan benda-benda beresiko seperti yg dihadapi Devon. Para ibu berhati-hatilah!
0 Komentar