SemuaTentangIslam.ID - Tak diduga seorang polisi tega Mutilasi Anak kandungnya sendiri. Ini terjadi pada Brigadir Petrus Bakus sang Polisi Mutilasi Anak dari Melawai, kalimantan barat. Brigadir Petrus sang Polisi Mutilasi Anak kandungnya sering mengalami kejadian seperti didatangi makhluk halus dan merasa kedinginan saat berusia 4 tahun.
Masih menurut keterangan sang istri namun dari sumber berbeda, Petrus dan Windri sedang ada masalah keluarga. Bahkan ada laporan, mereka terdengar bertengkar tiga hari lalu.
Berikut 16 Fakta Brigadir Petrus sang Polisi Mutilasi Anak
1. Mutilasi 2 anak kandung di dalam kamar
Brigadir Petrus membunuh dan memutilasi dua anak kandungnya di dalam kamar di rumah dinasnya di Aspol Polres Melawi Gang Darul Falah, Desa Paal, Kecamatan Nanga Pinoh. Dua anak Brigadir Petrus yakni Fabian (4) dan Amora (3).
2. Sering kesurupan sejak berumur 4 tahun
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengakui bahwa Brigadir Petrus sering kesurupan sejak usia empat tahun.
3. Sering marah-marah selama seminggu terakhir
Kapolda Kalbar Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto mengatakan, berdasarkan keterangan istri, Brigadir Petrus pelaku dalam seminggu terakhir ini kerap marah-marah sendiri di dalam rumah.
Di rumah seperti ada makhluk halus yang mendatangi dan bercerita dengan petrus.
4. Dapat bisikan pada malam Jumat
Kapolda Kalbar, Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto mengatakan, kondisi Petrus saat ini sehat. Hanya saja selama pemeriksaan, dia selalu bicara ngawur. Polisi juga mendapat pengakuan soal alasan dia membunuh. Pelaku mendapat bisikan membunuh anaknya pada malam Jumat, seminggu sebelumnya.
5. Diduga sakit sejak kecil, tapi lolos jadi polisi
Berdasarkan informasi yang diterimanya, Kapolri Badrodin Haiti mengatakan bahwa Brigadir Petrus Bakus telah mengalami gangguan kejiwaan sejak kecil. Tapi anehnya, tak terdeteksi saat ia masuk sebagai anggota kepolisian.
6. Diduga mengidap schizophrenia
Kapolda Kalbar, Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto menduga brigadir Petrus mengidap schizophrenia, yaitu gangguan mental dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi, paranoid, keyakinan atau pikiran yang salah dan tidak sesuai dengan dunia nyata.
7. Bersikap aneh sebelum mutilasi dua anaknya
Istri Petrus, Windri mengatakan, beberapa hari sebelum peristiwa mutilasi dua anaknya, suaminya bertingkah aneh. Dia juga sering mengigau dan bersikap seolah sedang dikejar.
8. Brigadir Petrus sempat bawa anaknya ke rumah komandan
Sebelum memutilasi dua anak kandungnya Fab dan Amo, Brigadir Petrus mengajak kedua anaknya itu ke rumah komandannya, Kasat Intelkam Polres Melawi AKP Amad Amad Kamiludin yang sama-sama berada di kompel rumah dinas aspol Polres Melawi.
Tapi di sana, Petrus dan dua anaknya hanya bertemu Kapolsek Menukung AKP Sofyan yang saat itu menginap di rumah dinas Amad. “Ada apa malam-malam bawa anak ke sini?” tanya Sofyan. Dia pun menjawab. “Mau bertemu kasat Pak.”
9. Brigadir Petrus bertengkar dengan istrinya
Brigadir Petrus cekcok dengan istrinya, Windri tiga hari sebelum memutilasi dua anak kandungnya. “Diketahui ada permasalahan rumah tangga antara pelaku dan istrinya. Terakhir kali terdengar pelaku dan istrinya sedang bertengkar 3 hari yang lalu,” ujar Kabid Humas Polda Kalbar AKBP Arianto.
10. Brigadir Petrus dan istri pisah kamar
Pada malam kejadian, Brigadir Petrus dan istrinya, Windri tidak tidur sekamar alias pisah kamar. Brigadir Petrus tidur bersama kedua anak kandungnya, sedangkan sang istri tidur di kamar berbeda.
Diduga, Brigadir Petrus dan istri pisah kamar karena masih terbawa emosi pasca cekcok soal rumah tangganya, 3 hari sebelumnya.
11. Petrus bilang anaknya mengerti dan pasrah saat dimutilasi
Orang kali pertama tahu atas kejadian mutilasi itu adalah sang istri, Windri. Saat terbangun dari tidurnya, dia melihat sang suami berdiri dengan membawa parang di depan anaknya. Kedua anaknya sudah tergeletak tak bernyawa.
“Mereka baik, mereka mengerti, mereka pasrah. Maafkan papa dik,” ujar Petrus kepada sang istri.
12. Menyerahkan diri usai memandikan mayat kedua anak kandungnya
Setelah memutilasi anak kandungnya, Brigadir Petrus mengaku membersihkan potongan tubuh anaknya. Selanjutnya, Petrus menemui istrinya dan menyerahkan diri ke Brigadir Sukadi. “Sudah saya bersihkan, Bang. Saya menyerahkan diri,” ujar Petrus kepada Brigadir Sukadi.
13. Istri Petrus nyaris menyusul kedua anak kandungnya
Setelah membunuh dan memutilasi kedua anak kandungnya, Brigadir Petrus menemui istrinya dalam kondisi berlumuran darah. Golok yang digunakan Brigadir Petrus membunuh dua anak kandungnya masih dia tenteng.
Melihat itu, sang istri, Windri berusaha menenangkannya. Windri meminta tolong untuk diambilkan air minum. Beruntung, Petrus menuruti permintaan istrinya. Saat itulah, sang istri langsung keluar dari rumah dan melaporkan kejadian itu ke Brigadir Sukadi.
14. Potong kaki dan tangan kedua anaknya
Kondisi dua Fab dan Amo sangat mengenaskan. Fabian yang berjenis kelamin laki-laki mengalami luka pada bagian leher. Sedangan tangan kiri dan tangan kanan terpotong di atas siku. Tak hanya itu, kedua kakinya juga terpotong di atas lutut.
Begitu juga Amora, dia juga ditemukan dengan luka mengenaskan. Anak perempuannya yang masih berusia 3 tahun itu mengalami luka di bagian leher. Kedua tangan dan kakinya juga terpotong.
15. Mutilasi anak untuk persembahan
Menurut Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti berdasarkan laporan dari Kapolda Kalbar Brigjen Arief Sulistyanto, tujuan Brigadir Petrus tega membantai dan memutilasi kedua anaknya adalah untuk persembahan. “Tadi malam anaknya dimutilasi untuk persembahan,” kata Badrodin.
16. Ingin Tobat dan Peluk Islam memakai Baju Serba Putih
Anggota Sat IntelkamPolres Melawi, Brigadir Petrus Bakus, dikenal cukup baik dengan tetangganya. Bahkan dia juga selalu bersosialisasi dengan warga sekitar.
“Setahu saya dia sangat sayang dengan kedua anaknya. Saya juga kaget mendengar kabar dia membunuh anaknya,” kata satu di antara tetangga korban, Ustaz Ali Murtadho saat ditemui Tribunpontianak di kediamannya, Jumat (26/2/2016).
Ustaz Ali Murtadho mengungkapkan, usai melakukan pembunuhan tersebut Brigadir Petrus juga sempat berbincang-bincang dengannya di Surau Darul Fallah, tak jauh dari TKP.
Kebetulan Ustaz Ali merupakan imam di surau tersebut.
Kepada Ustaz Ali, Petrus mengaku ingin bertobat dan memeluk Islam.
Dia mengaku telah melakukan dosa besar karena membunuh kedua anaknya.
“Pak Ustaz tolong mandikan saya, saya mau tobat, saya mau masuk Islam. Saya mau pakai jubah putih Pak Ustaz,” kata Ali Murtadho menirukan ucapan tersangka.
Mendengar pernyataan itu, Ustaz Ali memberikan jawaban bahwa itu urusan gampang.
“Saya jawab itu gampang sekarang jubah putihnya belum ada,” katanya.
Ustaz Ali menambahkan kalau perilaku Petrus tak lazim.
“Setelah membunuh itu bahkan dia seperti tidak merasa bersalah apapun. Tapi ya itu tadi bicaranya sudah ngelantur ndak karuan jadi saya tidak terlalu serius menanggapinya,” katanya. [SemuaTentangIslam]
Silahkan di Share , Semoga menjadi Kebaikan bagi Anda
0 Komentar